Pembelajaran Pemodelan Matematika Sekolah di Indonesia
merupakan hasil riset pendidikan matematika pertama yang khusus membahas teori
pembelajaran pemodelan matematika sekolah dan aplikasinya dalam menumbuhkan
budaya berinovasi dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Selain itu,
penjabaran materi dalam blog ini didukung oleh kajian yang bersumber dari literature dan hasil penelitian yang
relevan dengan berdasarkan state of the
art dalam pembelajaran pemodelan matematika sekolah. Sehingga, blog ini
dapat dijadikan sebagai referensi dan sumber belajar bagi para guru di sekolah (SD,
SMP, SMA, dan SMK) dan dosen di perguruan tinggi yang ingin mengimplementasikan
pembelajaran pemodelan matematika dalam proses pembelajarannya, maupun pembaca
dan siswa serta mahasiswa yang ingin menumbuhkan keterampilan pembelajaran
pemodelan matematika.
Secara
garis besar, blog ini dibagi menjadi 5 bagian. Bagian pertama, pendahuluan, berisikan apa pemodelan matematika, pentingnya pemodelan dan tujuannya serta penjelasan model, pemodelan
matematika, latar belakang pentingnya pemodelan matematika di sekolah,
perbedaan soal/tugas pemodelan dengan tugas non pemodelan (pemecahan masalah,
aplikasi), bagian kedua, mengapa pemodelan matematika, bagian ketiga bagaimana mendesain tugas pemodelan dan siklus dalam pemodelan
matematika, bercerita tentang bagaimana pemodelan matematika di sekolah dan panduan mendesain tugas
dan pembelajarannya, Keempat, Artikel-artikel yang telah terbit di IOP dan Jurnal Internasional Bereputasi, bagian kelima, bercerita disertasi pemodelan matematika dan Produk yang dihasilkan.
Pemodelan matematika ada di silabus matematika digambarkan sebagai sebuah kemampuan untuk diajarkan, tetapi ini tidak dilakukan sebagai sebuah konsep sentral dalam analisi buku teks (frejd, 2014). Untuk mengembangkan kemamouan pemodelan, pemodelan membutuhkan diajarkan secara eksplisit dengan dukungan dari guru (Niss, et al., 2007).
Blum (1995) menyatakan bahwa secara Internasional, Penelitian Pendidikan Matematika fokus pada peranan, penggunaan, dan pengajaran dan pembelajaran pemodelan matematika di level sekolah yang berbeda telah dilaksanakan sejak pertengahan atahun 1960. Pemodelan matematika sebagai sebuah aktivitas tidak ada pada implementasi kurikulum di kelas matematika banyak negara di dunia, setelah tahun awal dimana dimana berhitung adalah biasa (Burkhardt, 2011). Ini mengindikasikan perlunya dilakukan penelitian pengembangan soal pemodelan matematika. Mousoulides (2007) merekomendasikan dari hasil penelitiannya bahwa meskipun aktivitas pemodelan matematikaa dapat diimplementasikan secara sukses di Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah, dan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan ke arah tujuan ini.
Pentingnya pemodelan matematika diterima secara Internasional, namun konsensus ini pada relevansi pemodelan, masih diperdebatkan bagaimana mengintegrasikan pemodelan matematika ke dalam proses belajar mengajar; berbagai pendekatan didiskusikan dan masih ada kurangnya bukti empiris yang kuat pada efek (efek potensial) dari integrasi soal pemodelan ke dalam dalam kelas matematika di sekolah (Kaiser, 2014).
Kaiser, G. (2014). Mathematical Modelling and Applications in Education. In Lerman, S. Encyclopedia of Mathematics Education. London: Springer. (link buku ini:https://www.luminpdf.com/viewer/5e0efc65195d670013e113de)
Khusus di Indonesia, Pemodelan matematika masih relatif baru di Indonesia. Pemodelan matematika tidak diperkenalkan secara formal di level sekolah di Indonesia (Widjaya, 2013).
Penelitian ini fokus pada pengembangan soal-soal Pemodelan Matematika
Meier, S. (2009).
Mathematical Modelling in a European Context – A European Network Project.
In Blomhoj, M., & Carreira, S. Mathematical
Applications and Modelling in the Teaching and Learning of Mathematics:
Proceeding from Topics Study Group 21 at the 11th International Congress on
Mathematical Education in Monterrey, Mexico, July, 6 – 13, 2008. Mexico:
IMFUFA tekst.
Widjaya, W. (2013). Building Awareness of Mathematical Modelling in Teacher Education: A Case Study in Indonesia. In Stillman, G.A., Kaiser, G., Blum, W., & Brown, J.P. Teaching Mathematical Modelling: Connecting to Reserach and Practice, International Perspectives on the Teaching and Learning of Mathematical Modelling. New York: Springer.
Burkhardt, H. (2011). Modelling Example and Modelling Projects: Overview. In Kaiser, G., Blum, W., Ferri, R.B., & Stillman, G. (Eds.). Trends in Teaching and Learning of Mathematical Modelling:ICTMA 14. New York: Springer.
Pemodelan matematika ada di silabus matematika digambarkan sebagai sebuah kemampuan untuk diajarkan, tetapi ini tidak dilakukan sebagai sebuah konsep sentral dalam analisi buku teks (frejd, 2014). Untuk mengembangkan kemamouan pemodelan, pemodelan membutuhkan diajarkan secara eksplisit dengan dukungan dari guru (Niss, et al., 2007).
Blum (1995) menyatakan bahwa secara Internasional, Penelitian Pendidikan Matematika fokus pada peranan, penggunaan, dan pengajaran dan pembelajaran pemodelan matematika di level sekolah yang berbeda telah dilaksanakan sejak pertengahan atahun 1960. Pemodelan matematika sebagai sebuah aktivitas tidak ada pada implementasi kurikulum di kelas matematika banyak negara di dunia, setelah tahun awal dimana dimana berhitung adalah biasa (Burkhardt, 2011). Ini mengindikasikan perlunya dilakukan penelitian pengembangan soal pemodelan matematika. Mousoulides (2007) merekomendasikan dari hasil penelitiannya bahwa meskipun aktivitas pemodelan matematikaa dapat diimplementasikan secara sukses di Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah, dan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan ke arah tujuan ini.
Pentingnya pemodelan matematika diterima secara Internasional, namun konsensus ini pada relevansi pemodelan, masih diperdebatkan bagaimana mengintegrasikan pemodelan matematika ke dalam proses belajar mengajar; berbagai pendekatan didiskusikan dan masih ada kurangnya bukti empiris yang kuat pada efek (efek potensial) dari integrasi soal pemodelan ke dalam dalam kelas matematika di sekolah (Kaiser, 2014).
Kaiser, G. (2014). Mathematical Modelling and Applications in Education. In Lerman, S. Encyclopedia of Mathematics Education. London: Springer. (link buku ini:https://www.luminpdf.com/viewer/5e0efc65195d670013e113de)
Khusus di Indonesia, Pemodelan matematika masih relatif baru di Indonesia. Pemodelan matematika tidak diperkenalkan secara formal di level sekolah di Indonesia (Widjaya, 2013).
Penelitian ini fokus pada pengembangan soal-soal Pemodelan Matematika
Soal dikatakan sebuah “soal pemodelan
bagus” karena semua tahap dari siklus pemodelan dapat ditemukan (Meier, 2009). Sehingga, penelitian ini mendesain soal pemodelan matematika yang harus melalui semua tahap dalam Siklus Pemodelan Matematika.
Beberapa sistem pendidikan sedang mulai dipikirkan kembali tentang pengalaman matematika yang seharusnya disediakan pada siswa mereka, yaitu scope konten, pendekatan untuk pembelajaran siswa, cara menilai pembelajaran siswa, dan cara meningkatkan akses siswa untuk kualitas pembelajaran (English, & Watters, 2005). Menurut English & Watters (2004) bahwa salah satu pendekatan untuk ini adalah melalui pemodelan matematika.
Watson, et al., (2015) menyatakan soal (tasks) memainkan peranan krusial dalam mengarungi proses penyempurnaan sistem pendidikan dan siswa termotivasi karena menyenangi, dan melihat kegunaan matematika.
Blum, et. al. (2019) menyatakan bahwa desain aktivitas di dalam didaktik matematika dapat berupa desain tugas/soal, lesson, urutan pengajaran, buku teks, kurikulum, penilaian, dan materi berbasis ICT atau program untuk pendidikan guru dan dapat dilakukan oleh guru, pendidik, penulis buku, pengembang kurikulum dan penilaian, desainer ICT, dan peneliti. Aktivitas demikian dapat berbasis untuk maksud tertentu atau penelitian.
Sehingga, peneliti mendesain soal pemodelan matematika untuk pembelajaran matematika.
Beberapa sistem pendidikan sedang mulai dipikirkan kembali tentang pengalaman matematika yang seharusnya disediakan pada siswa mereka, yaitu scope konten, pendekatan untuk pembelajaran siswa, cara menilai pembelajaran siswa, dan cara meningkatkan akses siswa untuk kualitas pembelajaran (English, & Watters, 2005). Menurut English & Watters (2004) bahwa salah satu pendekatan untuk ini adalah melalui pemodelan matematika.
Watson, et al., (2015) menyatakan soal (tasks) memainkan peranan krusial dalam mengarungi proses penyempurnaan sistem pendidikan dan siswa termotivasi karena menyenangi, dan melihat kegunaan matematika.
Blum, et. al. (2019) menyatakan bahwa desain aktivitas di dalam didaktik matematika dapat berupa desain tugas/soal, lesson, urutan pengajaran, buku teks, kurikulum, penilaian, dan materi berbasis ICT atau program untuk pendidikan guru dan dapat dilakukan oleh guru, pendidik, penulis buku, pengembang kurikulum dan penilaian, desainer ICT, dan peneliti. Aktivitas demikian dapat berbasis untuk maksud tertentu atau penelitian.
Sehingga, peneliti mendesain soal pemodelan matematika untuk pembelajaran matematika.
Widjaya, W. (2013). Building Awareness of Mathematical Modelling in Teacher Education: A Case Study in Indonesia. In Stillman, G.A., Kaiser, G., Blum, W., & Brown, J.P. Teaching Mathematical Modelling: Connecting to Reserach and Practice, International Perspectives on the Teaching and Learning of Mathematical Modelling. New York: Springer.
Burkhardt, H. (2011). Modelling Example and Modelling Projects: Overview. In Kaiser, G., Blum, W., Ferri, R.B., & Stillman, G. (Eds.). Trends in Teaching and Learning of Mathematical Modelling:ICTMA 14. New York: Springer.
BR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar