Berikut ini adalah salah satu alasan mengapa pemodelan matematika di dalam pendidikan matematika yang dikemukakan oleh Blum & Niss (1991). Untuk alasan yang lebih lengkap dapat dilihat pada disertasi.
Blum dan Niss (1991) mendiskusikan lima
alasan utama memasukkan pemodelan matematika dalam Kurikulum, yaitu
1. Alasan Formatif
Membantu
siswa untuk mengembangkan kemampuan umum, perspektif, dan percaya diri dengan
mempromosikan kemampuan menyelesaikan masalah yang intensif, kreatif, berpikir
terbuka.
2. Alasan kompetensi kritis
Membantu
mendapatkan kesiapan siswa untuk menjadi yakin matematika digunakan dalam
kehidupan pribadi, dan di masyarakat, yang berarti mempunyai kapasitas untuk bebas
mengenali, menjebol, dan memahami keadaan dan contoh dimana matematika
digunakan.
3. Alasan Kegunaan
Mengajarkan
dengan penggunaan pengajaran matematika membuat siswa sadar bagaimana
matematika dapat digunakan di beberapa keadaan secara khusus diidentifikasi
dengan penambahan area numerik.
4. Alasan gambaran matematika
Mungkin
digunakan untuk memberikan siswa sebuah gambaran matematika luas dan jelas
sebagai sebiah sains, sebagai sebuah gerakan dalam pandangan publik dan dalam
budaya.
5. Argumen promosi pembelajaran matematika
Membantu
menilong dan memotivasi siswa untuk memperoleh konsep dan metode matematika.
Sumber:
Blum, W., & Niss, M.(1991). Applied mathematical problem solving, modelling, applications, and links to other subjects – state, trends and issues in mathematics instruction. Educational Studies in Mathematics, 22(1), 37 –68.
Alasan mengapa Mathematical Modeling (MM)
Menurut de Lange (1993) bahwa pendekatan baru dalam Pendidikan Matematika, dengan masalah nyata (Pemodelan dan Aplikasi Matematika) menggantikan kurikulum tradisional dengan alasan sebagai berikut
1. Tujuan Pendidikan Matematika diubah,
2. Teori Pembelajaran diubah,
3. Masyarakat berubah,
4. Media diubah,
5. Matematika diubah
de Lange, J. (1993). Innovation in Mathematics Education using Applications: Progress and Problems. In de Lange, J., Huntley, I., Keitel, C., Niss, M. Innovation in Math Education by Modelling and Applications. New York: Ellis Horwood.
Selain alasan di atas, terdapat tantangan dalam mendesain pembelajaran pemodelan matematika.
Bukhardt & Pollak (2006) mengindentifikasi
4 hambatan utama untuk implementasi pemodelan matematika di kurikulum sekolah
di level makro. Tantangan ini adalah
1.
Implementasi skala kecil pemodelan
matematika sekolah untuk alasan seperti penilaian (Assessment) dan waktu dibutuhkan untuk aktivitas pemodelan,
2.
Kekompleksan aktivitas pemodelan
3.
Keterbatasan pengembangan
profesionalisme guru, dan
4. Ketidakberadaan petunjuk/pedoman (pathways) antara penelitian di pendidikan matematika dan kelas matematika untuk menggunakan penelitian dalam meningkatkan pembelajaran di kelas.
4. Ketidakberadaan petunjuk/pedoman (pathways) antara penelitian di pendidikan matematika dan kelas matematika untuk menggunakan penelitian dalam meningkatkan pembelajaran di kelas.
Burkhardt, H., & Pollak, H. (2006). Modeling in mathematics classroom. ZDM, 38(2), 178 - 195.
Selain itu, pemodelan matematika sangat krusial di Indonesia. Kita bisa melihat hasil riset di negara lain, seperti berikut ini. (Alasan penelitian di negara Indonesia dan negara lain dapat dilihat pada disertasi).
Hasil studi Frejd (2014) menunjukkan bahwa (secara keseluruhan) aktivitas pemodelan adalah jarang digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas sekolah menengah dan satu yang mengkhawatirkan bagaimana pengalaman matematika siswa secara umum tanpa pemodelan matematika, sehingga penggunaan (secara keseluruhan) aktivitas pemodelan di kelas Swedia akan dibutuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi siswa disebut kompetensi pemodelan di sekolah menengah Swedia.
Alasan pemodelan matematika juga bisa dilihat pendapat berikut:
Ada dua pandangan berbeda tentang
pemodelan matematika dalam pendidikan matematika, yaitu pertama, memandang
pemodelan matematika sesuai dengan dirinya sendiri yang fokus pada pengembangan
kompetensi pemodelan matematika dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah di luar
matematika. Kedua, perspektif memandang pemodelan matematika sebagai cara untuk
memotivasi dan mengembangkan pembelajaran dari konten matematika khusus (Soon
& Ang, 2013).
Berikut ini juga alasan Pemodelan Matematika di Indonesia
Pada pembelajaran matematika setiap hari
di banyak negara, ada hanya sedikit dengan pemodelan, dan hanya banyak dengan
“soal cerita” (Blum, 2011). Studi seperti PISA telah menunjukkan beberapa kali:
soal pemodelan adalah sulit bagi siswa seluruh dunia (Blum, 2011). Ini juga berdasarkan data hasil PISA Indonesia tahun 2018 yang masih rendah.
Alasan Pemodelan Matematika juga berdasarkan pentingnya Domain Afektif dalam pembelajaran
Gravemeijer (1997) berpendapat bahwa
perubahan dalam budaya kelas menuju perspektif pemodelan dapat mendorong
pengembangan sikap positif terhadap pemecahan masalah matematika. Hasil ini
senada dengan Bonotto dan Basso (2001) melaporkan bahwa aktivitas masalah
pemodelan matematika realistis dapat membuat interaksi antara realitas dan
matematika dan pemodelan matematika masalah berbasis dunia nyata dapat
meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, mereka berpendapat bahwa membawa
situasi dunia nyata ke dalam matematika sekolah adalah kondisi yang diperlukan
untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika. Pentingnya
mempertimbangkan konsepsi siswa juga ditunjukkan oleh Confrey dan Doerr (1994),
yang berpendapat bahwa penggunaan pendekatan pemodelan untuk pemecahan masalah
dapat menciptakan keyakinan positif di kelas matematika. Ini juga didukung oleh
pernyataan Mousoulides (2008) bahwa dalam membuat soal, penting untuk
memperhatikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga didukung oleh saran penelitian Mousoulides (2007) bahwa Pengenalan pemodelan matematika di dalam pengajaran dan pembelajaran matematika dihubungkan dengan domain afektif siswa.
Greer, B. (1997).
Modelling reality in mathematics classrooms: The case of word problems. Learning and
Instruction, 7(4),
293-307.
Mousoulides, N.G. (2007). The Modeling Perspective in the Teaching and Learning of Mathematical Problem Solving. Unpublish Dissertation. Cyprus: University of Cyprus.
Alasan mengapa Pemodelan Matematika
1. Siswa kesulitan dengan formulasi pada proses pemodelan matematika (Soon, et al., 2011; Klymchuk, et al., 2010).
2. Kesulitan ini terbukti tetapi sedikit penelitian dilakukan pada pemahaman kesulitan (Soon et al, 2011)
3.Membuat model matematika adalah langkah tersulit pada langkah pemodelan (Soon et al, 2011).
Soon, W., Tirtasanjaya Lioe, L., & McInnes, B. (2011). Understanding the difficulties faced by engineering undergraduates in learning mathematical modelling. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, 42 (8), 1032–1039. doi: 10.1080/0020739X.2011.573867
Klymchuk, S., Zverkova, T., Gruenwald, N. & Sauer bier, G. (2010). University Students’ Difficulties in Solving Application Problems in Calculus: Student Perspectives. Mathematics Education Research Journal, 22 (1), 81–91. doi: 10.1007/BF03217567
Alasan Mengapa Soal Pemodelan Matematika
Yin
(2015) menyarankan untuk menyediakan guru dengan pelatihan bagaimana
mengidentifikasi dan memilih soal pemodelan matematika kehidupan nyata yang
bermakna dan menarik untuk pengajaran di kelas mereka. Saran ini sangat cocok
dengan saran hasil penelitian ini. Ini menunjukkan bahwa sangat krusial untuk
dilakukan pelatihan bagi guru untuk mendesain soal pemodelan matematika yang
valid, praktis dan memiliki efek potensial.
Yin, H.S.
(2015). Learning through “Designing a Tent”. In Hoe, L.N., & Dawn, N.K. Mathematical Modelling from Theory to
Practice. New Yrok: World Scientific.
Alasan Pemodelan Matematika
Reformasi Pendidikan Matematika menginginkan cara bermakna dan otentik untuk mengajak murid dalam menyelesaikan masalah. Menurut Eric (2015) bahwa Pemodelan matematika dipandang sebagai sebuah pendekatan menjanjikan untuk membantu mencapai tujuan itu.
Eric, C.C.M. (2015). Learning through "Dream Home". In Hoe, L.N., & Dawn, N.K. Mathematical Modelling from Theory to Practice. New Yrok: World Scientific.
Alasan Pemodelan Matematika
Mengingat peranan matematika di masyarakat mempunyai sebuah tujuan penting dalam pengajaran dan pembelajaran pemodelan matematika (Ikeda, 2018).
Ikeda, T. (2018). Evaluating student perceptions of the roles of mathematics in society following an experimental teaching program. ZDM, 50(1), 259–271. https://doi.org/10.1007/s11858-018-0927-3
Bliss, et al. (2019) menyatakan bahwa pembelajaran pemodelan sangat penting untuk mengurangi frustrasi atau kecemasan siswa dengan kesulitan topik matematika. Itu adalah lebih mudah bagi mereka untuk mengurangi masalah matematika mereka jika mereka meyakinkan diri mereka sendiri bahwa matematika tidak memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pemodelan memberi siswa relevansi dengan memberikan konteks pada matematika yang bersangkutan dan membiarkan mereka membuat keputusan yang nyata dan berdampak tentang suatu masalah. Mereka belajar bagaimana memprioritaskan masalah, membuat asumsi, dan menganalisis solusi mereka.
Alasan Pemodelan Matematika
Reformasi Pendidikan Matematika menginginkan cara bermakna dan otentik untuk mengajak murid dalam menyelesaikan masalah. Menurut Eric (2015) bahwa Pemodelan matematika dipandang sebagai sebuah pendekatan menjanjikan untuk membantu mencapai tujuan itu.
Eric, C.C.M. (2015). Learning through "Dream Home". In Hoe, L.N., & Dawn, N.K. Mathematical Modelling from Theory to Practice. New Yrok: World Scientific.
Alasan Pemodelan Matematika
Alasan Pemodelan matematika juga
berhubungan dengan seringnya pertanyaan yang diajukan oleh siswa, yaitu “mengapa
kami harus belajar materi ini?”. Guru sering memberikan jawaban “itu ada di kurikulum”,
atau “kamu akan mengerti akhirnya ketika kamu telah belajar lebih banyak
matematika”. Jawaban ini tidak diterima dengan baik oleh siswa karena kurang
persuasif (Maab,
et al., 2018).
Studi Internasional bagaimana orang
dewasa melihat matematika bahwa matematika yang pelajari di sekolah tidak
efektif atau tidak berguna. Dimana pendidikan matematika menghasilkan efek
negatif karena miskinnya peengetahuan, dan perasaan negatif terhadap
matematika. Banyak guru matematika mendedikasikan pengetahuan, keahliannya,
waktu dan energi untuk kelas matematika. Walaupun demikian, capaianya tidak
selalu positif. Menurut Maab, et al. (2018) bahwa pengetahuan dan
keterampilan matematika dapat diajarkan dan dikuasai, dengan jangka panjang,
dengan mengimplementasikan perubahan kecil dalam kelas matematika, yaitu dengan
aplikasi matematika, pendidikan matematika berbasis realitas, adalah sebuah
langkah penting untuk tujuan ini. Mereka berpendapat bahwa ini dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan proyek berbasis realitas satu kali atau dua kali per
semester.
Maab, J., O’Meara, N., Johnson, P.,
& O’Donoghue, J. (2018). Mathematical
Modelling
for TeachersA Practical Guide to Applicable
Mathematics Education. Switzerland: Springer.
Pentingnya Pennelitian Pemodelan Matematika ini dilakukan
Engeln & Maass (2018) berpendapat
bahwa ketika tujuan pada implementasi pendekatan pengajaran inovatif, kita
menghadapi beberapa tantangan, yaitu
1. Itu hanyalah tantangan bagi guru untuk
mengubah peranan mereka dari hanya sebagai instruktur, yang mentransfer
pengetahuan, menjadi fasilitator proses pembelajaran. Zehetmeier and Krainer (2011)
menyatakan bahwa ini bukan berarti mudah dan membutuhkan perubahan dalam
pengetahuan guru, kelas, dan keyakinan.
2. Dari perspektif guru, ada beberapa
hambatan untuk mengimplementasika pendekatan pembelajaran inovatif seperti
pemodelan dan IBL (Inquiry Based Learning);
yang membutuhkan capaian: faktor konteks seperti norma kelas (siswa tidak
menggunakan pemodelan), komunitas guru (keterbatasan kolaborasi dengan kolega),
pengembangan dan kepemimpinan sekolah (keterbatasan dukungan kepala sekolah),
sistem politik dan pendidikan nasional (penilaian tidak mendukung), atau kekurangan
sumber.
Berdasarkan pendapat di
atas, penelitian ini sangat penting dilakukan dengan mendesain soal pemodelan
matematika untuk pembelajaran inovatif.Mengingat peranan matematika di masyarakat mempunyai sebuah tujuan penting dalam pengajaran dan pembelajaran pemodelan matematika (Ikeda, 2018).
Ikeda, T. (2018). Evaluating student perceptions of the roles of mathematics in society following an experimental teaching program. ZDM, 50(1), 259–271. https://doi.org/10.1007/s11858-018-0927-3
Bliss, et al. (2019) menyatakan bahwa pembelajaran pemodelan sangat penting untuk mengurangi frustrasi atau kecemasan siswa dengan kesulitan topik matematika. Itu adalah lebih mudah bagi mereka untuk mengurangi masalah matematika mereka jika mereka meyakinkan diri mereka sendiri bahwa matematika tidak memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pemodelan memberi siswa relevansi dengan memberikan konteks pada matematika yang bersangkutan dan membiarkan mereka membuat keputusan yang nyata dan berdampak tentang suatu masalah. Mereka belajar bagaimana memprioritaskan masalah, membuat asumsi, dan menganalisis solusi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar